Jumat, 16 Maret 2012

sekarang itu kapan?!

sekarang itu kapan?
...Burung terbang bergerumul, melewati gunung, hutan, dan lautan yang pekat dengan gelombang terjang. di antaranya Aku ikut mengikuti alurnya...
...terdengar bunyi Angin mengiringi Rambut ku menari- nari. Aku terbuai lalu terpejam. Aku semakin tinggi.
...dingin membuat kaki ku kaku, namun hati tak kunjung beku, aku masih ingin melayang. "Aku masih ingin disini" teriakku lantang lalu tertawa "hahahahahaha" seperti Raja mataku terbuka.
...biru membentang, Angin semakin kencang, dan Matahari pun datang. "hai" sapa ku dengan riang.Diapun tersenyum. "pasti kau sedang merasa kecil?" Matahari itu bicara.
"disini aku sedang mengolah rasa ini..." jawab ku.
"pasti kau merasa takut...?" dengan mengecilkanmatanya yang sebelah kanan.
"ya, dan disinilah tempat aku mencari alasan supaya aku takut" jawab ku tegas.
"untuk kapan?" Matahari semakin mengintrogasi ku.
"sekarang!" jawab ku lantang.
"sekarang itu kapan?" Matahari merasa menang dan tersenyum girang melihat Aku bingung dengan pertanyaan nya yang menurut ku aneh.
Aku bingung dan mengkerutkan jidat.
...karena lama tak menjawab, pertanyaan itu seolah menggema bertubi- tubi sedangkan pandangan Ku pun mulai aneh. Matahari itu berkembang biak secara cepat. menjadi dua, sepuluh, duapuluh, seratus, bahkan sampai ribuan, menakutkan. "sekarang itu kapan?" pertanyaan itu masih terngiang. Aku merasa takut lalu ku pejamkan mata ini. dan aneh nya semakin aku pejamkan dan mencoba menghindar, Dia dan suaranya semakin dekat aku rasa.
..."diam!!!"bentaku.
... tiba- tiba kosong... dan tak bisa aku gambarkan apa yang sedang tertangkap mataku ini. sekejap menjadi tidak jelas, apakah aku sedang melihat atau tidak. "apalagi ini?" tanya ku dalam hati. Aku merasa semua ini harus di akhiri. setelah lidah, telinga, hidung, gigi, dan entah apalagi yang akan datang mengganggu itu pergi. "aku harus tenang". di dalam ketenangan semua menjadi berubah. darah mengalir dengan lancar, saraf ku tidak kaku lagi, dan yang penting suara- suara itu yang berubah menjadi suara angin yang menghantarkan pasir mengerayangi tubuhku. lalu Matahari yang masih separuh itu datang dengan kedamaian. "sekarang itu kapan?" tanyaku.
sekarang itu Aku sedang merasa kecil di depan luas dan indahnya yang Aku miliki. Aku sedang merasa kecil disini, pagi dengan tiupan angin pantai dan dihangatkan matahari yang hendak menghidupi bumi.

surat keSatria

perempuan adalah drama yang paling penting dalam kehidupan seorang Satria.ia hanya mengambil waktu yang sangat pendek; namun begitu saat- saat yang brilyan itu mencapai arti penting yang luar biasa,karena setiap bentrokan kecil adalah suatu jenis pokok dari perempuan bagi para Petarung, khususnya kaum Satria.

telah di tunjukan bahwa sebuah serangan harus di lakukan sedemikian rupa agar mendapatkan jaminan untuk memperoleh kemenangan. karena kemenangan ku adalah kemenangan mu pula...

pada tahap pertama dalam drama pertempuran meraih mahkota nya, maka iring- iringan musuh akan merembes ke dalam daerah pemberontakan. dan bergantung pada kekuatan pasukan musuh yang berlainan di penyerangan grilya demi mendapatkan hak dan kenikmatan semata.

namun Sartria itu adalah pemenang mutlaknya. karena maunya adalah mauku, dan anu nya adalah anuku...

salam Satria

rasa mati hati

terasing di bumi pribadi...
hidup di negeri sendiri...
nyawa seakan mati...
kesendirian yang tak pasti...

perlu jalan untuk mati...
harus hidup untuk mati...
kita semua akan mati...
mati rasa mati hati...

ini jalanku ini hidupku...

meski aku hadapi, ini jalan ku ini hidupku...


berjalan di tengah panasnya matahari
menjatuhkan setetes demi setetes keringat
membasahi telapak kaki ini yang mulai melepuh
demi hidup hari ini demi sebuah mimpi


meski aku hadapi, ini jalanku ini hidupku...


tajam tatap ku kedepan, menaklukan keadaan
hujanpun datang melegakan perasaan
badai menghampiri namun tetap ku langkahkan
tenaga ku habis... tapi aku harus berjalan!!!


meski aku hadapi, ini jalanku ini hidupku...


kulit terkelupas, darah mengalir deras...
aku bangkit kembali, dan aku harus berjalan lagi
mimpi semakin dekat, namun susah untuk ku gapai
tapi aku harus hidup!!!


ini jalan ku ini hidupku..

instanisasi

manisnya sekejap...
rindunya sekejap...
marahnya sekejap...
baiknya sekejap...
hey... cewek sekejap...

duduknya sekejap...
berdiri sekejap...
merintah sekejap...
diperintah sekejap...
hey... pejabat sekejap...

masuknya sekejap...
keluarnya sekejap...
meremnya sekejap...
meleknya sekejap...
hey... anunya sekejap...

hidup sekejap...
mati sekejap...
naik sekejap...
turun sekejap...
hey... sadar sekejap...

barengnya sekejap...
pisahnya sekejap...
miskin sekejap...
kaya sekejap...
hey... bersama sekejap...

milyader sekejap...
ribuan sekejap...
nyaman sekejap...
di tendang sekejap...
hey... emang enak hidup sekejap...?!

terjerat

merenung dalam kesunyian selama 73 jam tanpa memejamkan mata. aku sengaja duduk dengan kaki tak bertumpu dan menegakan badan serta menikmati betapa asiknya udara memasuki hidung menuju paru- paru dengan menyadarkan pikiran. satu sampai tiga jam pertama memang berat aku rasakan untuk mengikuti alurnya, tapi setelah itu aku malah terbuai dan ingin terus melanjutkan semampuku. di jam ke duabelas, aku ingat betul karena aku coba menyadarkan pikiranku, melintaslah bayangan yang tak berwujud, akupun masih tenang, aku anggap itu adalah r
refleksi diri yang masih wajar aku rasakan. bayangan itu  terus ada di hadapanku seperti membayangi, dia ikut duduk seperti aku tepat di hadapan dengan  jarak dua meter saja. benda itu terkadang hilang sesaat lalu muncul lagi sampai beberapa jam berlalu, dan aku masih tenang.peranjat,
pikiran ku yang sadar makin melayang dan terbesit beberapa fikiran yang baik maupun buruk, bahkan beberapakali aku mendapat petunjuk yang entah itu baik apa buruk. suatu saat tidak di ketahui jam nya tiba- tiba dalam bayangan aku harus menabrak bos aku, aku masih tenang menyikapinya. aku mencoba membaca atau mengkaji ulang maksud bayangan itu, dan aku tenang kembali. tapi yang lebih mengejutkan dan yang buat aku terperanjat adalah ketika bayangan itu menggambarkan bahwa bos akulah yang menabrak aku hingga darahku berceceran dimana- mana... aku melihat semua itu mengerikan, telinga aku tak bisa ku kuasai matakupun sama. hingga aku memutuskan untuk berhenti dan mengevaluasi semua bayangan yang telah di dapat. 73 jam itulah yang sehingga memutuskan aku untuk hengkang dari bekerja dengan sitem kapitalis modern. dari situ pula aku ingin berdikari seperti yang telah di anjurkan bapak proklamator Ir Soekarno.

batman

mengendap seperti Batman, dari palang ke palang setiap celah maupun lobang.
"Hai PANTAT!! kau pikir bak, gayung, dan airnya tak bisa bicara?!"
cuman kamu yang bisu, dan mati rasa. tak bisa merasakan perih, apa itu kasar, dan adakah kematian?!.
tapi aku dan zat yang tak berwujud nan bau akan selalu berjuang disini untuk itu semua, untuk mereka, dan umat manusia yang ada di muka bumi ini, aku merasa menjadi seorang Dewa kemarin sore, dan kemana yang tua- tuanya?!

malam penuh purnama

mampukah aku, kamu, atau juga kita. menelan sampah, menghilang dari terang, menutup diri, melindungi hati dan memperkaya imajinasi?
berlindungkah?
menghindarkah?
apakah ketakutan?
apakah mangkir sambil berdalih?
apa sengaja mengasingkan diri?
semuanya pertanyaan, akankah ada jawaban?
dimana, dan kapan semua ini akan terjawab?
....................................................
malam ini. angin tak tertuju arah, tidak seperti air yang sedang aku pandang mengalir...
ingin rasanya aku temukan kedua sumbernya, agar timbul keinginan dan menemukan jawaban...
tak perduli angin malam yang jahat, harus aku hirup. dan air mentahpun harus berani aku minum, kakiku melangkah.
aku pikir akankah aku jadi setangguh bumi? sedangkan bumi sedikit demi sedikit mulai terkikis.
tapi setidaknya aku akan kuat seperti alam, dan aku akan tangguh sebagai manusia. jawabku sambil mata menembus gulita. aku hanya ingin jadi air, bukan airmata. dan ingin menjadi angin, tanpa masuk angin.
kuat tidak pura- pura, dan mati penuh dengan tawa bangga!!!

selamat tahun baru

mereka bilang cape..
mereka bilang..
"batin dan otakku lelah.."
selelah perjalananmu selama melangkah kah? bisakah kau hitung langkahmu selama ini? mungkin akan menjadi sangat lelah, bahkan pasti putus asa memikirkannya.
2012 ini melangkahlah maju seperti biasanya, ga ada lelah seperti langkah panjang sebelumnya.. dan jangan perhitungkan keringat y...

rindu Oma

    Musim hujan memang sangat rentan akan datangya serangan penyakit bagi siapa saja. Hujan kini datang ditemani Angin yang sangat kencang, tentu saja mencemaskan bagi siapa saja termasuk Oma (57) yang cemas terhadap Cucunya Raihan (4).
Oma itu adalah Nenek dari Raihan yang sehari- harinya menjaga nya karena kedua Orang tua Raihan sibuk bekerja dan sibuk dengan rutinitasnya. maka dari itu, Oma selalu siap dalam keadaan apapun untuk melayani Raihan sehari- harinya, mulai dari Mandi, sarapan, bermain hingga tidur.
  
     Suatu hari Oma mengalami sedikit Flu, demam, dan batuk kaarena memang cuaca yang sedang tak bersahabat, dan sama sekali tidak ada keluhan tentang Raihan di benaknya.
 
     tidak seperti biasanya Raihanpun bingung menyaksikan Oma berpenampilan aneh hari itu. tanpa ceria, semangat, pakaian hangat yang membalut tubuhnya, dan dua koyo di pipi kiri kanannya.
  
     Oma menghampiri Raihan yang sedang asik sendiri bermain Puzle di Meja makan, karena harus minum Obat yang baru saja ia beli di Warung, maka Oma harus makan walaupun sedikit. satu sinduk nasi dan setengah lauk Oma tuangkan kedalam piringnya.

    melihat hal semacam ini maka Raihanpun merespon ketidakbiasaan sang Oma, "Oma ndak adil...!"

    Omapun heran melihat kearah Raihan.

    "Oma bilang kalau makan harus banyak biar ga sakit, tuh Oma makannya sedikit!!!"

    mata Oma mendadak lembab seolah ingin mengeluarkan seisi airmatanya, dan entah kenapa Oma pun memandang ke arah bingkai foto di dinding yang bergambar sosok lelaki almarhum Suaminya. tidak lama kemudian Oma jalan menuju sebuah Bufet dan mengambil sebuah buku hitam lalu sejenak membolak balikan lembar demi lembar sampai benar- benar tercengang dan menghentikan gerakan tangannya, perlahan Oma pun menuju Raihan ingin menjelaskan. "ini ada sebuah tulisan yang dulu kakek bikin, dan tulisan itu sama persis yang kamu bilang, karena waktu itu Oma juga lagi gak enak badan"

   Raihan memang tidak sempat mengenal Kakek, dan Raihan semakin bingung, lalu ikut menangis ketika Oma dengan erat memeluk lalu menangis tersendu.